“Karena kami telah mendengar tentang imanmu dalam Kristus Yesus dan tentang kasihmu terhadap semua orang kudus” (Kolose 1:3-8).
Sebuah bangunan pencakar langit membutuhkan sebuah landasan dan kaki-kaki tiang yang kuat. Semakin besar bangunan itu, semakin besar jugalah tiang penopangnya. Demikian pula manusia pasti membutuhkan penyangga untuk hidup dalam Tuhan.
Pertama, tiang iman. Di Alkitab tertulis bahwa manusia tanpa iman sungguh tidak berkenan dihadapan Tuhan (Ibr. 11:6). Iman merupakan gerbang utama manusia untuk menemukan Allah. Dalam Perjanjian Lama juga menyebutkan bahwa banyak figur yang hidup oleh iman.
Kesetiaan Paulus terbukti dalam kesediaan jemaat Kolose untuk membagikan iman mereka kepada orang lain. Iman mereka telah dibuktikan oleh pengaruhnya terhadap banyak orang. Setiap orang Kristen harus mampu mengkomunikasikan kekuatan imannya kepada orang lain.
Iman yang dimaksudkan Paulus ini bukan sekedar percaya, tetapi di dalamnya terdapat unsur keteguhan dan kesetiaan. Dan jemaat di Kolose telah membuktikan bahwa iman mereka telah tersiar di mana-mana. Seharusnya setiap orang Kristen dapat menyebarkan berita mengenai keteguhan imannya.
Kedua, tiang kasih. Sebuah lirik lagu rohani "Kasih pasti lemah lembut, kasih pasti memaafkan, kasih pasti murah hati" telah menyiratkan kita agar selalu berpegang teguh pada Kasih. Sebab kasih adalah kesadaran diri tanpa rekayasa untuk membangun komunikasi intens antara manusia dengan Allah.
Sanggupkah kita memberikan kata maaf kepada orang yang memukul atau menampar pipi kita? Secara rasional memang mustahil. Bagaimana mungkin dalam keadaan emosi bisa mengampuni? Inilah yang menjadi tantangan bagi pengikut Kristus. Kita dituntut untuk tidak berbuat kasar kepada orang yang telah menyakiti kita. Itulah kenapa didalam setiap doa hendaknya kita selalu meminta supaya Tuhan senantiasa menambahkan kebijaksanaan untuk menghadapi segala persoalan yang datang kepada kita.
Ketiga, tiang harapan. Secara pribadi, saya sangat bersemangat untuk hidup di dunia ini, terlepas dari tantangan dan masalah yang muncul. Karena saya tahu pasti, bahwa hidup di dunia ini hanya sementara.
Hidup saya benar-benar menyatu dengan Allah Tritunggal dalam persekutuan yang kekal. Ini tidak berarti bahwa prinsip ini melumpuhkan kreativitas kita, sebaliknya, kita dituntut untuk bekerja lebih keras dan melayani Tuhan, karena apa yang kita lakukan nantinya akan menentukan kehidupan kita di masa depan. Dengan penuh pengharapan kepada Tuhan, yakinlah bahwa kemegahan dan kemuliaan yang abadi di surga semoga akan Tuhan perkenankan.
Ketiga tiang ini harus benar-benar menjadi penopang yang kokoh dalam kehidupan Kristen kita. Hendaknya semakin megahnya kehidupan maka tiang penyangga iman, kasih dan pengharapan juga kian kokoh. Jika salah satu tiang roboh, maka tinggal menunggu waktu saja, runtuh jugalah bangunan rohani dalam diri.
Pertama, tiang iman. Di Alkitab tertulis bahwa manusia tanpa iman sungguh tidak berkenan dihadapan Tuhan (Ibr. 11:6). Iman merupakan gerbang utama manusia untuk menemukan Allah. Dalam Perjanjian Lama juga menyebutkan bahwa banyak figur yang hidup oleh iman.
Kesetiaan Paulus terbukti dalam kesediaan jemaat Kolose untuk membagikan iman mereka kepada orang lain. Iman mereka telah dibuktikan oleh pengaruhnya terhadap banyak orang. Setiap orang Kristen harus mampu mengkomunikasikan kekuatan imannya kepada orang lain.
Iman yang dimaksudkan Paulus ini bukan sekedar percaya, tetapi di dalamnya terdapat unsur keteguhan dan kesetiaan. Dan jemaat di Kolose telah membuktikan bahwa iman mereka telah tersiar di mana-mana. Seharusnya setiap orang Kristen dapat menyebarkan berita mengenai keteguhan imannya.
Kedua, tiang kasih. Sebuah lirik lagu rohani "Kasih pasti lemah lembut, kasih pasti memaafkan, kasih pasti murah hati" telah menyiratkan kita agar selalu berpegang teguh pada Kasih. Sebab kasih adalah kesadaran diri tanpa rekayasa untuk membangun komunikasi intens antara manusia dengan Allah.
Sanggupkah kita memberikan kata maaf kepada orang yang memukul atau menampar pipi kita? Secara rasional memang mustahil. Bagaimana mungkin dalam keadaan emosi bisa mengampuni? Inilah yang menjadi tantangan bagi pengikut Kristus. Kita dituntut untuk tidak berbuat kasar kepada orang yang telah menyakiti kita. Itulah kenapa didalam setiap doa hendaknya kita selalu meminta supaya Tuhan senantiasa menambahkan kebijaksanaan untuk menghadapi segala persoalan yang datang kepada kita.
Ketiga, tiang harapan. Secara pribadi, saya sangat bersemangat untuk hidup di dunia ini, terlepas dari tantangan dan masalah yang muncul. Karena saya tahu pasti, bahwa hidup di dunia ini hanya sementara.
Hidup saya benar-benar menyatu dengan Allah Tritunggal dalam persekutuan yang kekal. Ini tidak berarti bahwa prinsip ini melumpuhkan kreativitas kita, sebaliknya, kita dituntut untuk bekerja lebih keras dan melayani Tuhan, karena apa yang kita lakukan nantinya akan menentukan kehidupan kita di masa depan. Dengan penuh pengharapan kepada Tuhan, yakinlah bahwa kemegahan dan kemuliaan yang abadi di surga semoga akan Tuhan perkenankan.
Ketiga tiang ini harus benar-benar menjadi penopang yang kokoh dalam kehidupan Kristen kita. Hendaknya semakin megahnya kehidupan maka tiang penyangga iman, kasih dan pengharapan juga kian kokoh. Jika salah satu tiang roboh, maka tinggal menunggu waktu saja, runtuh jugalah bangunan rohani dalam diri.
Yohanes 14:13-14
"Dan apa juga yang kamu minta dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya, supaya Bapa dipermuliakan di dalam Anak. Jika kamu meminta sesuatu kepada-Ku dalam nama-Ku, Aku akan melakukannya"
Belum ada Komentar untuk "3 Tiang Penopang Dalam Kehidupan Kristen"
Posting Komentar